Pages

RSS

Senin, 24 Mei 2010

Suku-nya Apa Ya ?


“Eh Ran, sebenarnya kemarin ada ikhwan yang sudah siap nikah lho, tapi kami tidak jadi menawarkannya ke dirimu” ungkapku suatu hari ke seorang sahabat nun jauh di kota Udang lewat dunia maya.

“Emang kenapa teh?” tanyanya

“Soalnya ia cari akhwat yang berasal dari suku Jawa” jawabku

“Oh..soal itu juga aku pun bingung suku-ku apa, Jawa bukan Sunda juga bukan” celotehnya, “soalnya bahasa keduanya pun aku ga bisa” tambahnya.

Meski mendiang kedua orangtuanya berasal dari Bandung yang notabene suku Sunda, ia lahir dan besar di kabupaten Cirebon. Ia merasa tidak pas jika disebut orang Sunda, namun ia juga kurang sreg jika disebut orang Jawa. Karena ia merasa tidak mempunyai kemampuan berbahasa kedua suku tersebut, dari kecil ia selalu berkomunikasi dengan memakai bahasa Indonesia.

Kabupaten yang termasuk wilayah Jawa Barat ini memang unik, meski masuk Jabar, yang mayoritas bersuku dan berbahasa Sunda, Cirebon, Indramayu dan sebagian wilayah Subang dan Karawang berbahasa Jawa Ngapak (Jawa Pantura), yang oleh sebagian orang Jawa, mereka yang tinggal diwilayah tersebut tidak diakui sebagai suku Jawa.

Sebagian orang Cirebon bagian selatan yang berbatasan dengan kabupaten Kuningan tidak mempunyai masalah dengan itu, karena mereka berbahasa Sunda, jadi lebih gampang mengelompokkan mereka kedalam suku Sunda. Namun sulitnya orang Cirebon yang tinggal dibagian utara, timur dan barat yang berbahasa Cirebonan, agak kurang sreg jika dimasukkan ke dalam suku Jawa apalagi suku Sunda. Walaupun sepertinya sebagian dari mereka lebih senang termasuk dalam suku Jawa.

Hal ini kurasakan sendiri, yang bersuamikan orang Cirebon. Ketika petugas sensus bertandang kerumah pagi ini, dan menanyakan kesukuan suamiku. Aku termenung sejenak, berfikir keras, kira-kira suamiku suku apa ya? karena selama ini, masalah inilah yang jadi bahan candaan kami.

Ia sempat mengungkapkan, bahwa ia kurang sreg jika dimasukkan ke dalam suku Jawa, namun ketika ia menyebut suku Sunda pun, ia merasa kurang pantas, karena bahasa sehari-hari dirumahnya menggunakan bahasa Jawa Cirbonan. Akhirnya ku mengatakan pada perugas sensus tersebut, untuk memasukkannya kedalam suku Sunda, dengan alasan karena aku sebagi istrinya merupakan suku Sunda.

Menjadi orang yang bersuku Sunda, Jawa, Betawi dan sebagainya, bukanlah masalah yang besar sebenarnya. Toh negeri ini mempunyai semboyan yang luhur ”Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda namun tetap satu jua. Namun sedikit dibuat pusing ketika musim sensus dan musim membuat KTP tiba. Terutama dirasakan oleh sebagian orang yang kesukuannya tidak terdaftar dalam suku bangsa yang ada di Indonesia, atau orang-orang rantau yang telah berasimilasi dengan tempat tinggalnya yang baru.

Terlebih jika masalah pencarian jodoh berdasarkan suku tertentu. Hal ini tentulah mengundang diskriminasi dan kesenjangan diantara suku bangsa, seperti yang dirasakan temanku Rani. Lahir sebagai suku bangsa tertentu bukanlah cerminan sifat seseorang. Belum tentu terlahir sebagi orang Batak, wataknya akan keras, atau terlahir sebagai seorang Jawa, belum tentu ia menjadi seorang yang lembut dan polos.

Sifat karakteristik seseorang dibentuk oleh keluarga dan lingkungannya, namun bisa saja berubah seiring dengan berjalannya waktu dan proses pendewasaan seseorang. Aku yang terlahir sebagai perempuan Sunda, tak pernah mau menjadi seorang matrealis, keluargaku pun tak pernah mengajarkan budaya tersebut. Maklum saja wanita Sunda terkenal oleh sebagian orang dengan sifat matrealisnya. Sampai salah seorang saudaraku pernah ditolak oleh orangtua kekasihnya yang berasal dari Jawa, karena ia orang Sunda.

Indonesia telah merdeka dari penjajahan kolonialisme selama 65 tahun, perebutan kemerdekaan ini pun dikarenakan adanya persatuan dari semua suku bangsa yang ada dinegeri ini. So, apakah setelah selama ini merdeka, kita masih terjebak dalam aroma kesukuan? Menurut hematku pertanyaan kesukuan di KTP maupun sensus penduduk ini lebih baik dihilangkan, toh kegunaannya pun tak begitu jelas.

Jika ada orang yang bertanya suku apa, aku lebih suka menjawab, aku seorang Indonesia dan aku seorang Muslim..

ket: Foto diambil dari National Geographic

1 komentar:

Yusuf Maulana mengatakan...

Menarik, menggugah, dan lancar menuturkan ggasan!

Posting Komentar