Pages

RSS

Senin, 24 Mei 2010

Suku-nya Apa Ya ?


“Eh Ran, sebenarnya kemarin ada ikhwan yang sudah siap nikah lho, tapi kami tidak jadi menawarkannya ke dirimu” ungkapku suatu hari ke seorang sahabat nun jauh di kota Udang lewat dunia maya.

“Emang kenapa teh?” tanyanya

“Soalnya ia cari akhwat yang berasal dari suku Jawa” jawabku

“Oh..soal itu juga aku pun bingung suku-ku apa, Jawa bukan Sunda juga bukan” celotehnya, “soalnya bahasa keduanya pun aku ga bisa” tambahnya.

Meski mendiang kedua orangtuanya berasal dari Bandung yang notabene suku Sunda, ia lahir dan besar di kabupaten Cirebon. Ia merasa tidak pas jika disebut orang Sunda, namun ia juga kurang sreg jika disebut orang Jawa. Karena ia merasa tidak mempunyai kemampuan berbahasa kedua suku tersebut, dari kecil ia selalu berkomunikasi dengan memakai bahasa Indonesia.

Selasa, 18 Mei 2010

Ketika Naluri Seks Remaja Bergejolak


Masa remaja adalah masa peralihan dan ketegangan. Mereka mengalami kontradiksi emosi dan beban seksual (Sigmund Freud)

”Dia gay!” tunjuk seorang sahabat pada salah satu foto muridnya dahulu di sebuah pondok pesantren ternama di pulau Jawa.

Kaget dan panas dingin aku mendengar ceritanya pagi itu. Salah seorang muridnya dahulu terperosok kedalam jalan yang telah dikutuk Sang Pencipta ribuan tahun yang lalu.

”Kok bisa?” pertanyaan itulah yang meluncur pertama kali keluar dari mulutku. ”Apakah semenjak dari pesantren ia mengalami kecenderungan seksual yang salah?” tanyaku menuntut.

Kamis, 29 April 2010

Colin Powel pun takluk pada Takbir


Sempat ga percaya waktu ku baca Kompas edisi dua hari yang lalu. tumben-tumbennya Kompas mengangkat berita yang ideologis tentang Islam walau dikit, secara harian ini milik non muslim. Walaupun katanya pemberitaannya balance, namun ada aja berita yang sedikit mendeskreditkan Islam ideologis.
Kisah ini menceritakan perjalanan Menlu AS jamannya G. W. Bush di Indonesia, yang pada waktu itu presidennya Ibu Mega.

Di jamannya bu Mega, pengamanan di sekitar istana tidak seketat sekarang, biasa aja,mungkin karena perempuan jadi ga takut ada yang menyakiti kali ya,hehe... pas kedatangan Colin Powel itu, pengamanan Istana berubah seratus derajat, ketat banget. banyak pria bule berstelan jas hitam, yang diantaranya berkacamata hitam, berjaga-jaga didepan Istana, mereka adalah petugas keamanan AS yang menyertai kedatangan sang Menlu.

Minggu, 04 April 2010

Selamat Jalan Emirku



“Anak-anak adalah bunga yang harum. Dan bunga kesenanganku adalah Hasan dan Husein.(HR. Ad Dailami)

Bergetar seluruh tubuhku ketika ku melihat hasil tes kehamilan, POSITIF. Ada sesuatu yang membuatku merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Ya di perutku akan tumbuh janin dari yang awalnya berbentuk larva hingga ia tumbuh menjadi manusia kecil yang lucu, sungguh menakjubkan.
Aku segera memberitahu suamiku tentang kabar bahagia ini, ia tersenyum dan memelukku. Namun reaksinya tak seperti yang kuharapkan, aku membayangkan ia akan bersujud, mencium tanganku dan menangis, seperti di sinetron Indonesia, sok dramatis, hehe.. Aku paham, ia adalah laki-laki yang kadang sulit mengekspresikan perasaannya. Tapi akhirnya ia mengakui, bahwa sebenarnya ia sudah punya ”feeling” kalau aku sedang mengandung, ia tahu dari perubahan sifatku yang sering uring-uringan akhir-akhir ini.

Minggu, 28 Maret 2010

Lelaki Penjaga Cinta (1)


Lelaki Penjaga Cinta: Setia Sampai Akhir


Bila cinta bertahta, yang tak mungkin menjadi mungkin
Peribahasa India

            “Bagaimana Kak? Bu Titi dan keluarganya sudah setuju tinggal keputusan Kakak” Tanya ayahku pada kakak sepupunya. Yang ditanya hanya tersenyum sambil merenung, langkah yang akan ia ambil terasa berat. Izin dari anak-anaknya sudah ia kantongi, namun ada sesuatu yang mengganjalnya. Dengan helaan nafas yang berat ia pun akhirnya memutuskan ”Sudahlah Yok, Kakak sudah tua, ingin ngurusi masjid dan anak-anak sajalah” jawabnya diplomatis.
            Orang tuaku berencana menjodohkan Uwak Salim yang merupakan kakak sepupu ayah dengan seorang janda cantik paruh baya di desaku. Suaminya baru beberapa bulan meninggal. Wak Salim pun sudah setahun menduda, istrinya meninggal karena diabetes.

Selasa, 23 Maret 2010

Dan Ia Pun Pergi Dengan Luka


Kenangan adalah anugrah Tuhan yang tak dapat dihancurkan oleh maut
Kahlil Gibran 

            Wanita itu hanya tersenyum getir ketika orang-orang menanyakan kebenaran berita tentang permasalahan dikeluarganya. ”Tanya saja suami saya!” jawabnya singkat sambil berlalu pergi meninggalkan orang-orang yang bertanya-tanya. Hatinya terguncang.
            ”Sayalah yang memilihkan” ungkapnya suatu hari setelah kejadian tersebut. ”Saya melakukannya untuk dakwah dan menjalankan Sunnah Rasul,” tambahnya dengan senyum yang berarti ganda.
            Ummi Nisa, wanita tabah itu dengan berat hati merelakan suami yang telah ditemaninya selama belasan tahun, dan telah memberinya sembilan orang jundi-jundiyah itu beristri lagi. Poligami, begitu kata yang di takutkan para istri, akhirnya dirasakannya.

Minggu, 21 Maret 2010

Adinda, Kisah yang Disia-siakan


“Kau bunga ditaman, nyalakan mekarmu dipagaridari sucinya hati, seorang wanita terpelihara. Ia bagai menduga, kembangmu tetap indah dari nur keimanan menjulang dijiwamu...”
diambil dari penggalan sebuah Nasyid..
           
            Sebut saja namanya Adinda, seorang perempuan cantik, wajahnya mirip salah seorang aktris sinetron Indonesia, ia bagaikan kembang yang baru mekar, harumnya semerbak ditaman hingga banyak kumbang yang ingin mengecap madunya. Namun sebagai seorang wanita yang sadar akan fithrahnya ia menjaga baik kesuciannya, walaupun baru setahun mengecap manisnya hidayah, ia sudah menjalankan syariat sepenuh hati.
            Tibalah masanya di kala ia harus menentukan seorang pendamping hidup. Seorang karib menawarinya seorang pemuda shalih nan bersahaja, di sisi lain ada pula seorang pemuda yang telah mapan menawarkan indahnya mahligai rumahtangga. Sebagai pribadi yang ingin menegakkan sunnah Rasul ia pun lebih memilih pemuda shalih dibandingkan pemuda lain yang telah mapan itu, karena ia menginginkan rumah tangga yang dihiasi oleh perhiasan surgawi, bukannya perhiasan duniawi.

Senin, 15 Maret 2010

Kerinduan Istri Sang Imam



Saya gak enak minta anak-anak untuk bantu saya berangkat haji. Insya Allah masih ada jalan rezeki buat saya pergi ke sana.

”Duduk di sini saja, Mbak” ujar seorang ibu berkacamata menawariku tempat duduk di lantai masjid. Ketika itu, aku tengah menunggu suamiku yang sedang berkonsultasi kesehatan pada imam masjid di kampung kami mengontrak. Suasana subuh di bulan Ramadhan tahun ini cukup panas. Kami lebih suka duduk di lantai karena hawanya lebih sejuk.
”Bapak pintar pijit refleksi ya, Bu?” tanyaku padanya.
”Ya begitulah, cukup banyak, sampai Bapak dulu pernah masuk rumah sakit karena kecapekan saking banyaknya pasien,” terang ibu itu.